ASUHAN KEPERAWATAN
CRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD)
1. Definisi Gagal Ginjal
Kronis (CRONIC
KIDNEY DISEASE)
Gagal ginjal kronik adalah
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) didalam darah.(Muttaqin
& Sari, 2011).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya pada suatu derajat
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis dan transplantasi
ginjal (Sudoyo, 2006).
Istilah penyakit ginjal tahap akhir atau end
stage renal disease sering digunakan oleh pemerintah seperti Health Care Financing Administration (HCFA)
dan telah menjadi sinonim gagal ginjal kronis.
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut (Sidabutar dkk, 2001). Gagal ginjal
kronis terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau
melakukan fungsi regulernya untuk mengekskresi sisa metabolisme dari dalam
tubuh sehingga terjadi gangguan fungsi endokrin dan metabolisme, gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, serta asam basa.
2. Stadium Gagal Ginjal
Kronis
Klasifikasi gagal ginjal kronis tidak
selalu sama. Price & Wilson (2005) membagi perjalan klinis umum gagal
ginjal kronis menjadi tiga stadium. Stadium pertama disebut penurunan
cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum, kadar nitrogen urea darah (BUN)
normal, serta gejalanya asimtomatik. Stadium kedua disebut juga insufisiensi
ginjal, dimana terdapat lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah
rusak atau glomerular filtration rate (GFR) 25% besarnya dari
normal. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi
kadar normal serta mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria.
Stadium ketiga merupakan stadium akhir
gagal ginjal kronis yang sering disebut gagal ginjal terminal atau uremia.
Penyakit ginjal stadium akhir terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron
telah rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Pada stadium
ini penderita mulai merasakan gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Pada gagal ginjal tahap akhir urin menjadi isoosmotis, penderita
biasanya menjadi oligurik dan terjadi sindrom uremik yang mempengaruhi setiap
sistem dalam tubuh.
3. Etiologi
Gagal Ginjal kronis
Gagal ginjal kronis merupakan keadaan klinis
kerusakan ginjal yang yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai
penyebab. Jangka waktu sampai stadium akhir penyakit ginjal tersebut dapat
berkisar antara 2-3 bulan hingga 30-40 tahun.
Price & Wilson (2005)
mengklasifikasikan penyebab gagal ginjal kronis menjadi delapan kelas yaitu:
1).Penyakit infeksi seperti pielonefritis kronik atau refluks nefropati,
2).Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis,
3).Penyakit vaskular
hipertensif seperti nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis,
4).Gangguan jaringan penyambung seperti lupus
eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan sklerosis sistemik progresif,
5).Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik dan
asidosis tubulus ginjal,
6).Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, gout,
hiperparatiroidisme, dan amiloidosis,
7).Nefropati toksik akibat penyalahgunaan
analgesik dan nefropati timbal,
8).Nefropati obstruktif pada traktus urinarius
bagian atas seperti batu ginjal, neoplasma, fibrosis retroperitoneal dan
nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian bawah seperti
hipertrofiprostat, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.
4. Manifestasi
Klinis Gagal Ginjal Kronis
Adapun manifestasi klinis GGK menurut Mansyur, dkk
(1999), yaitu:
1). Umum, seperti: fatig, malaise,
gagal tumbuh, debil,
2). Kulit seperti
pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia,
3). Kepala dan leher seperti fetor
uremik, lidah kering, dan berselaput,
4). Mata seperti fundus hipertensif, mata
merah,
5). Kardiovaskuler seperti hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,
perikarditis uremik, penyakit vaskuler,
6). Pernapasan seperti hiperventilasi
asidosis, edema paru, efusi pleura,
7) gastrointestinal seperti anoreksia,
nausea, gastritis, ulkus peptikum, kolitis uremik, diare yang disebabkan oleh
antibiotik,
8). Kemih seperti Nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit
ginjal yang mendasarinya;
9). Reproduksi seperti Penurunan libido, impotensi,
amenore, infertilitas, ginekomastia, galaktore,
10). Saraf seperti letargi,
malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, flap, mioklonus, kejang, dan koma,
11). Tulang seperti
Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D,
12). Sendi seperti Gout, pseudogout,
kalsifikasi ekstra tulang,
13). Hematologi seperti anemia, defisiensi imun,
mudah mengalami perdarahan,
14). Endokrin seperti Multipel,
15). Farmakologi
seperti obat-obat yang diekskresi oleh ginjal.
5. Terapi
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Menurunnya fungsi ginjal dan semakin
buruknya gejala uremia pada gagal ginjal kronis tahap akhir mengharuskan
diberikannya pengobatan kepada penderita. Wilson (2005) menyatakan bahwa
pengobatan gagal ginjal kronis dibagi dalam dua tahapan, dimana tahap
pertama merupakan tindakan konservatif yang ditujukan untuk meredakan
atau memperlambat perburukan progresif fungsi ginjal dan tahap kedua
yaitu tindakan untuk mempertahankan kehidupan dengan dialisis dan
transplantasi ginjal. Prinsip-prinsip penatalaksanaan konservatif
didasarkan pada batas ekskresi yang dapat dicapai ginjal yang terganggu.
Tindakan konservatif berupa diet, pembatasan cairan, dan konsumsi
obat-obatan (Suhardjono, 2001; Potter & Perry, 2005; Wilson, 2005).
Pada gagal ginjal kronis tahap akhir
dibutuhkan tindakan yang bisa mengganti fungsi ginjal untuk mempertahankan
kehidupan karena tindakan konservatif saja tidak efektif. Penggantian fungsi
ginjal bisa dengan transplantasi dan dialisa. Transplantasi ginjal merupakan
tindakan yang lebih baik karena penderita tidak terlalu terbatas hidupnya dan biasanya
tidak ada pantangan diet serta tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukan
dialisis (Potter & Perry, 2005; Wilson, 2005). Namun di Indonesia transplantasi ginjal masih terbatas karena
banyak kendala yang dihadapi seperti faktor ketersediaan donor ginjal, biaya,
dan sistem kesehatan yang belum mendukung (Yayasan Ginjal Nasional, 2000) sehingga dialisa
bagi penderita gagal ginjal kronis tahap akhir merupakan satu-satunya cara
untuk bertahan hidup.
Ada dua metode dialisis yaitu dialisa
peritoneal dan hemodialisa. Diantara kedua metode dialisa tersebut yang
merupakan metode paling umum digunakan untuk penderita gagal ginjal di
Indonesia dan Amerika adalah hemodialisa (Kartono, Darmarini & Roza, 1992
dalam Lubis, 2006; Peterson,1995).
6. Proses Keperawatan
6.1. Pengkajian
Fokus pengkajian Menurut Doengoes
(2000), fokus pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik antara lain :
1)
Aktivitas / istirahat
Gejala
: Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur.
Tanda :
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat
hipertensi lama atau berat, nyeri dada.
Tanda
: Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, nadi lemah
halus, pucat, kuning, kecenderungan perdarahan
3)
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi
urine, oliguri, anuri, diare, konstipasi.
Tanda
: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat) digouria menjadi anuri.
4) Integritas
ego
Gejala : Faktor
stress, perasaan tidak berdaya, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah,
mudah tersinggung.
5)
Makanan / cairan
Gejala
: Peningkatan berat badan dengan cepat, penurunan berat badan (mal nutrisi),
anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati.
Tanda : Asites, perubahan turgor kulit.
6)
Neurosensori
Gejala
: Sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan dan kelemahan.
Tanda
: Ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilanan memori, rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis.
7)
Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri
panggul, sakit kepala, nyeri dada.
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
8)
Pernafasan
Gejala : Napas
pendek, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda : Dispnea, peningkatan frekuensi,
batuk
9)
Keamanan
Gejala : Kulit
gatal
Tanda : Pruritus, demam, fraktur tulang.
10) Seksualitas
Gejala
: Penurunan libido aminorea, infertilitas.
11) Interaksi
sosial
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi.
6.2. Diagnosa
Keperawatan
Menurut Doenges, 1999
dan Lynda Juall, 2000 (dalam Subianto, 2009) diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien GGK adalah:
1) Penurunan
curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.
2) Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan udem sekunder: volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
3) Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.
4) Perubahan
pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui
alkalosis respiratorik.
5) Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
6) Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan.
6.3. Intervensi
1) Penurunan
curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
Tujuan: Penurunan
curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil : mempertahankan
curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a) Auskultasi
bunyi jantung dan paru
Rasional (R) :
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b) Kaji
adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena
gangguan pada sistem aldosteron-renin angiotensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c) Selidiki
keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan
nyeri
d) Kaji
tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK
juga anemia
2) Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume
cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
Tujuan: Mempertahankan
berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada
edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a) Kaji
status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
b) Batasi
masukan cairan
R: Pembatasan cairan
akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c) Jelaskan
pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
d) Anjurkan
pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
haluaran
R: Untuk mengetahui
keseimbangan input dan output
3) Perubahan
nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a) Awasi
konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi
kekurangan nutrisi
b) Perhatikan
adanya mual dan muntah
R: Gejala yang
menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
c) Beikan
makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil
dapat meningkatkan masukan makanan
d) Tingkatkan
kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan
pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
e) Berikan
perawatan mulut sering
R: Menurunkan
ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
4) Perubahan
pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
Tujuan: Pola nafas
kembali normal / stabil
Intervensi:
a) Auskultasi
bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya
pengumpulan sekret
b) Ajarkan
pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan
nafas dan memudahkan aliran O2
c) Atur
posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya
sesak nafas
d) Batasi
untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban
kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar