ASUHAN KEPERAWATAN
HEMODIALISA (HD)
1. Defenisi Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo=darah, dan
dialisi=pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah suatu metode terapi
dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam
tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah
mesin yang dilengkapi membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan).
Hemodialisa dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian. Tujuan
dari hemodialisa adalah untuk memindahkan produk-produk limbah yang
terakumulasi dalam sirkulasi klien dan dikeluarkan kedalam mesin dialisis.
(Muttaqin & Sari, 2011).
2. Prinsip-prinsip Hemodialisa
Ada
tiga prinsip yang mendasari kerja dari hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melaui proses
difusi dengan cara bergerak dari darah, yang memiliki konsentrasi tinggi,
kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah (Smeltzer & Bare, 2002).
Air
yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran
air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan, Gradien ini dapat
ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan
air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan
cairan) (Smeltzer & Bare, 2002).
Sistem
dapar (buffer sisite) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang
akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami
metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian
dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena (Smeltzer & Bare, 2002).
3. Penatalaksanaan
Hemodialisa pada Pasien
Pada klien GGK, tindakan hemodialisa dapat menurunkan
risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam
sirkulasi, tetapi tindakan hemodialisa tidak menyembuhkan atau mengembalikan
fungsi ginjal secara permanen. Klien GGK biasanya harus menjalani terapi
dialisis sepanjang hidupnya atau sampai mendapat ginjal baru melalui
transplantasi ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).
Diet
merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat
adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu mengekskresikan
produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam
serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Gejala yang terjadi akibat
penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremia dan akan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Diet rendah protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala (Smeltzer & Bare, 2002).
Penumpukan
cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif serta
edema paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep
diet untuk pasien. Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan
pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian dan
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan (Smeltzer & Bare, 2002).
Banyak
obat yang diekskresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal. Pasien yang
memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik, antiaritmia dan
anti hipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar kadar
obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa menimbulkan
akumulasi toksik (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Indikasi dan Komplikasi
Terapi Hemodialisa
Pada
umumya indikasi dari terapi hemodialisa pada gagal ginjal kronis adalah laju
filtrasi glomerulus ( LFG ) sudah kurang dari 5 mL/menit, sehingga dialisis
dianggap baru perlu dimulai bila dijumpai salah satu dari hal tersebut dibawah
:
2.4.1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata
2.4.2. K serum > 6 mEq/L
2.4.3. Ureum darah > 200 mg/Dl
2.4.4. pH darah < 7,1
2.4.5. Anuria berkepanjangan ( > 5 hari )
2.4.6. Fluid overloaded
5. Proses Keperawatan
5.1. Pengkajian
Pengkajian Pre hemodialisa
Adapun pengkajian klien Pre Hemodialisa menurut
Hidayat (2010) yaitu:
1)
Riwayat penyakit, tahap penyakit
2) Usia
3) Keseimbangan cairan, elektrolit
4) Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
5) Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
6) Respon terhadap dialysis sebelumnya.
7) Status emosional
8) Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
9) Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
1)
Tekanan darah: hipotensi
2) Keluhan: pusing, palpitasi
3) Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb
5.2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien
yang menjalani hemodialisa
Pre Hemodialisa;
1)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang familier
dengan sumber informasi.
2)
Cemas b.d krisis situasional
Intra Hemodialisa;
1)
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelemahan
proses pengaturan.
2)
Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan kurang
kontrol, ketergantungan pada dialysis, sifat kronis penyakit
3)
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasiv.
Post Hemodialisa;
1)
Resiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler dan
komplikasi sekunder terhadap penusukan.
2)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan
dirumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar