ACUTE
MYOCARD INFARCT
A.
Defenisi
Acute Myocard Infarct
Infark adalah iskemia
yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel
irreversible serta nekrosis atau kematian otot.(Sylvia A. price, 2005)
Infark miokard adalah
nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. (Kapita selekta
Kedokteran, 2000)
Infark Myokard Akut
(IMA) adalah suatu keadaan nekrosis
miokard yang akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Hudack & Galo
1996).
Infark Miocard Akut
adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan aliran darah
koroner miokard (penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan
olehaterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan. (Carpenito L.J. , 2000).
Infark miokardium
mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Suddarth, 2001)
B.
Etiologi
1. Gangguan
pada arteri koronaria – berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan, atau
penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau trombus.
Menurunnya suplai oksigen
disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a.
Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan
pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang
bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma
mengandung kolesterol), spasme (kontraksi otot secara mendadak/ penyempitan
saluran), dan arteritis (peradangan arteri).
Spasme pembuluh darah bisa juga
terjadi dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain : (i)
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, (ii) stress emosional atau nyeri, (iii)
terpapar suhu dingin yang ekstrim, (iv) merokok.
b.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan
kelancaran peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh sampai lagi ke
jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi
hipotensi. Stenosis (penyempitan aorta dekat katup) maupun insufisiensi yang
terjadi pada katup-katup jantung (aorta, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya cardiak out put (COP)
c.
Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen
menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut
darah antara lain : anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2. Penurunan
aliran darah system koronaria – menyebabkan ketidakseimbangan antara myocardial
O2 Supply dan kebutuhan jaringan terhadap O2.
Pada penderita
penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen tidak mampu dikompensasi,
diantaranya dengan meningkatnya denyut jantung untuk meningkatkan COP. Oleh
karena itu, segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen
akan memicu terjadinya infark. Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan
terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark
karena semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen
menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektive.
C.
Anatomi
dan Fisiologi
Jantung memiliki empat
ruang terpisah atau ruang . Majelis tinggi pada setiap sisi jantung, yang
disebut atrium, menerima dan mengumpulkan darah yang datang ke jantung. atrium
kemudian memberikan darah ke ruang bawah yang kuat, yang disebut ventrikel ,
yang memompa darah jauh dari jantung melalui kuat, kontraksi berirama.
Jantungmanusia
sebenarnya adalah dua pompa di satu. Sisi kanan menerima darah oksigen-miskin
dari berbagai daerah tubuh dan memberikan ke paru-paru. Dalam paru-paru,
oksigen diserap dalam darah. Sisi kiri dari heartreceives darah kaya oksigen
dari paru-paru dan menyampaikan ke seluruh tubuh.
Sinoatrial Node (sering
disebut node node SA atau sinus) berfungsi sebagai alat pacu jantung alami bagi
jantung. Terletak di daerah atas atrium kanan, itu mengirimkan impuls listrik
yang memicu detak jantung masing-masing.
D.
Patofisiologi
Penyebab
sumbatan tidak diketahui. Diperkirakan adanya penyempitan arteri koronaria yang
disebabkan karena penebalan dari dinding pembuluh darah, vasospasme, emboli
atau trombus. Karena penyempitan dinding pembuluh darah pada arteri koronaria
menyebabkan suplay oksigen yang menuju ke jantung berkurang, jantung yang
kekurangan oksigen akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi
anaerob, perubahan ini menyebabkan penurunan pembentukan fosfat yang berenergi
tinggi dimana hasil akhir dari metabolisme anaerob ini berupa asam laktat, apabila
berlangsung lebih dari 20 menit akan terjadi ischemia jantung yang meningkat,
sehingga akan menyebabkan nyeri dada yang hebat bahkan karena nyeri dada yang
hebat tersebut terjadi shock kardiogenik.
Hemodinamik
mengalami perubahan yang menyebabkan berkurangnya curah jantung. Meningkatkan
tekanan ventrikel kiri, retensi air dan garam sehingga dapat menimbulkan
kelebihan cairan dalam tubuh. Perubahan hemodinamik ini bila berlangsung lama
akan menyebabkan jaringan rusak bahkan kematian pada otot jantung.
E.
Manifestasi
Klinis
Adapun Manifestasi
Klinis Acute Myocard Infarct (AMI) yakni
1. Nyeri
dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat, nyeri menyebar secara luas ; dapat menyebabkan
arrhythmias, hypotension, shock, gagal jantung
2. Banyak
keringat, kulit lengas lembab
3. Tekanan
darah menurun
4. Dyspnea,
kelemahan, dan membuat pingsan
5. Nausea
dan vomiting
6. Cemas
dan gelisah
7. Tachycardia
atau bradycardia
8. kelelahan
berat
9. abdominal
distres atau epigastric distres
10. nafas
pendek.
Banyak pasien tidak
memiliki tanda dan gejala di atas yang disebut dengan ”silent myocardial
infarctions”. Meskipun terjadi kerusakan myocardium.
F.
Patoflow
G.
Komplikasi
1. Infark
menyebar ke organ lain
Kontraktilitas
berkurang sehingga menimbulkan tromboembolus, tromboembolus ini akan
menyebabkan sumbatan di bagian jantung lain yang tidak terkena infark
2. Gagal
jantung kongestif
Jantung tidak mampu
memompa keluar semua darh yang diterimanya. Dapat timbul pada infark yang cukup
luas timbul setelah pengaktifan reflex baroreseptor. Pengaktifan tersebut
mningkatkan aliran darah kebagian jantung yang rusak serta kontriksi arteri dan
arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah berkumpul dijantung yang
menimbulkan peregangan berlebihan terhadap sel-sel otot jantung. Apabila
peregangan cukup hebat maka kontraktilitas jantung dapat berkurang karena
sel-sel otot tertinggal pada kurvapanjang tegangan.
3. Syok
kardiogenik
Terjadi apabila curah
jantung sangat berkurangdalam waktu lama. Syok kardiogenik dapat fatal pada
waktu infark atau menimbulkan kematian atau kelemahan beberapa hari atau minggu
kemudian akibat gagal paru atau ginjal karena iskemia.
4. Perikarditis
Terjadi beberapa hari
setelah infark dan timbul akibat reaksi peradangan setelah cedera
atau kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat timbul beberapa minggu
setelah infark dan mencerminkan reaksi hipersensitifitas imun terhadap reaksi
jaringan.
5. Aneurisma
ventrikel
Setelah infark
kontraktillitas miokardium berkurang akibat timbulnya jaringan parut sehingga
terjadi kelemahan pada otot jantung.
6. Ruptur
miokardium
Selama atau setelah infark berlangsung
H.
Pemeriksaan
Penunjang
1. EKG
: menunjukkna peningkatan gelombang S – T, iskemia berarti ; penurunan atau
datarnya gelombang T, menunjukkan
cedera, : dan atau adanya gelombang Q.
2. Enzim
jantung dan iso enzim : CPK –MB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung )
meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam
12 – 24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam : LDH meningkat dalam 12-24 jam,
memuncak dalam 24-48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST (
aspartat amonitransfarase )meningkat (kurang nyata / khusus) terjadi dalam 6-12
jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
3. Elektrolit
: ketidak seimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
kontraktilitas.
4. Sel
darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah
IM sehubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan
sedimentasi : meningkat pada hari kedua-ketiga setelah IM, menjukan iflamasi.
6. Kimia
: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi / perfusi organ akut / kronis
7. GDA/oksimetri
nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesteron
atau trigelisarida serum : meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai
penyebab IM.
9. Foto
dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
I.
Penatalaksanaan
Medis
1. Istirahat
total
2. Diet
makanan lunak atau saring serta rendah garam bila ada gagal jantung
3. Pasang
infuse dekstrose 5% untuk persiapan pemberian obat intravena
4. Atasi
nyeri
Morfin
2,5 – 5 mg iv atau petidin 25-50 mg im
bisa di ulang-ulang
Lain-lain nitrat, antagonis kalsium dan beta bloker
5. Oksigen
2-4 liter/menit
6. Sedatif
sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg peroral. Pada insomnia dapat ditambah
flurazepam 15-30 mg
7. Antikoagulasi
Heparin 20.000 – 40.000 U/ jam iv tiap
4-6 jam atau drip iv dilakukan atas indikasi. Diteruskan asetakumarol atau
warfarin
8. Streptokinase/trombolisis
9. Pengobatan
ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran pembuluh darah
koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan sebelum dibawa
ke rumah sakit. Dengan trombolisis kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
C.
Penatalaksanaan
Keperawatan
1.
Pengkajian
a) Aktifitas
Gejala
:Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat
tidur, Pola hidup menetap, Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :TakikardiDispnea pada istirahat atau
aaktifitas.
b) Sirkulasi
Gejala
: riwayat IMA sebelumnya, penyakit
arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda
: -
Tekanan darah dapat normal / naik / turun, Perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri, Nadi dapat normal , penuh atau tidak kuat
atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
-
Bunyi jantungBunyi jantung ekstra : S3
atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel.
-
MurmurBila ada menunjukkan gagal katup
atau disfungsi otot jantung
-
Friksi ; dicurigai Perikarditis
-
Irama jantung dapat teratur atau tidak
teratur
-
Edema
Distensi vena juguler,
edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung
atau ventrikel.
-
WarnaPucat atau sianosis, kuku datar ,
pada membran mukossa atau bibir
c) Integritas
ego
Gejala
: menyangkal gejala penting atau adanya
kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda
: menoleh, menyangkal, cemas, kurang
kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma
nyeri.
d) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e) Makanan
atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat
badan
f) Higiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan
tugas perawatan
g) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat
bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h) Nyeri
atau ketidaknyamanan
Gejala
:Nyeri dada yang timbulnya mendadak
(dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
Lokasi
:Tipikal pada dada anterior, substernal ,
prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas :“Crushing ”, menyempit, berat,
menetap, tertekan.
Intensitas :Biasanya 10
(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
i)
Pernafasan:
Gejala :dispnea saat
aktivitas ataupun saat istirahat,
dispnea nokturnal, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
j)
Tanda :peningkatan frekuensi pernafasan,
nafas sesak / kuat, pucat, sianosis, bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi ),
sputum
k) Interaksi
sosial
Gejala :Stress,
Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :Kesulitan
istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut ),
Menarik diri
2.
Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi
1.
Nyeri (akut) berhubungan
dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner
Intervensi :
a) Ukurskala nyeri yang dirasakan klien
b) Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri seperti menarik
nafas dalam, mendengarkan musik atau guided imagery.
c) Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti menjaga suhu ruangan 25º C, jaga agar ruangan tetap
tengang dan batasi pengunjung
d) Monitor tanda-tanda vital klien
e) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi
2.
Pola nafas in efektif
berhubungan dengan hiperventilasi
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal atau masker sesuai indikasi
b) Kaji tanda-tanda vital klien
c) Kaji kemampuan toleransi pasien dalam
pelepasan alat oksigenasi saat makan
d) Monitor aliran O2dan kondisi
alat
e) Monitor tingkatefektivitas terapi O2
f) Berikan pasien lingkungan yang kondusif
untuk istirahat dan proses penyembuhan
3.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan
kebutuhan
Rencana
tindakan yang diberikan adalah :
a)
Kaji
tanda-tanda vital klien
b)
Bantu
pasien mengkaji aktivitas ringan yang mampu dilakukan
c)
Bantu
pasien untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti ambulansi, pindah
dan perawatan diri secara bertahap
d)
Anjurkan
klien untuk Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada saat nyeri
e)
Batasi
kunjungan kepada klien
f)
Anjurkan
klien untuk menghindari peningkatan tekanan abomen, contoh mengejan saat
defekasi
g)
Jelaskan
pola peningkatan bertahap dari tingkat akivitas
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d
penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
Intervensi :
a) Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang
tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah, syok.
b) Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan
catat kekuatan nadi perifer.
c) Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman,
kerja otot aksesori, bunyi napas)
d) Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan
bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi).
e) Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat
berat jenis.
f) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN,
kretinin, elektrolit)
g) Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang
diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
5.
Kecemasan
b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian.
Intervensi:
1.
Pantau
respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
2.
Dorong
klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis
yang dialaminya.
3.
Orientasikan
klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti
cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane,
Lorazepam/Ativan).